Archive for 2017

Pengertian Footnote Ibid, Op. Cit., dan Loc. Cit.memang sedikit membingungkan, mungkin karena Footnote Ibid, Op. Cit., dan Loc. Cit. ini berasal dari bahasa latin. Tidak jarang hal ini cukup jadi hal yang menyebalkan terutama bagi mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, tesis, ataupun disertasi. Berikut adalah penjelasan Trigonal Media yang mengutip pendapat para ahli.
Aturan Penulisan Ibid
Ibid berasal dari kata ibidem (bahasa Latin) yang artinya "di tempat yang sama dengan di atasnya". Gadung Ismanto2 menjelaskan:
Istilah ini digunakan untuk menjelaskan bahwa kutipan yang ditulis pada catatan kaki berasal dari sumber yang sama dengan yang telah disebutkan sebelumnya atau di atasnya, tanpa diselingi oleh sumber kutipan lainnya.
Aturannya adalah sebagai berikut:
Digunakan jika pengutip mengambil kutipan dari sumber yang sama yang telah ada di bagian sebelumnya tanpa diselingi catatan kaki dari sumber lain. Dengan kata lain, kutipan tersebut berada tetap di atasnya dan tidak diselingi kutipan lain.
Ibid tidak dipakai jika ada catatan kaki dari sumber lain yang menyelinginya.
Jika catatan yang dikutip halaman bukunya masih sama seperti kutipan sebelumnya, cukup gunakan kata Ibid diikuti tanda titik. Dengan kata lain, jika terdapat dua kutipan dari halaman buku yang sama, maka catatan kaki untuk kutipan kedua hanya menggunakan kata Ibid.
Jika yang dikutip sudah berbeda halaman, maka aturan penulisannya: Ibid., halaman.
Ibid ditulis dengan huruf kapital pada awal kata, dicetak miring, dan diakhiri tanda titik.
Perhatikan contoh berikut:
1Raihan Batubara, Pemimpin yang Demokratis, (Jakarta: Diona, 2005), 55.
2Ibid.
3Ibid., 56.
Dari contoh di atas dapat kita simpulkan:
Menggunakan Ibid karena merujuk kepada catatan kaki di atasnya tanpa diselingi catatan kaki lainnya.
2Ibid. berarti nama pengarang, judul buku, dan halaman sama persis dengan catatan kaki yang di atasnya.
3Ibid., 56. berarti nama pengarang dan judul buku sama persis dengan catatan kaki yang di atasnya, hanya berbeda halamannya saja. Halaman sebelumnya 55 dan yang dikutip terakhir halaman 56.
Aturan Penulisan Op. Cit.
Op. Cit. berasal dari kata Opere Citato (bahasa Latin) yang artinya "pada karya yang telah dikutip". Gadung Ismanto2 menjelaskan:
Istilah ini digunakan untuk menjelaskan bahwa kutipan yang ditulis pada catatan kaki berasal dari sumber yang sama yang telah disebut sebelumnya, namun tidak sama halamannya serta sempat diselingi oleh sumber lain. Istilah Op. Cit. ditulis sesudah menyebutkan nama penulis buku sumber yang dirujuk.
Aturannya adalah sebagai berikut:
Digunakan jika menunjuk sumber yang telah disebutkan sebelumnya, tetapi telah diselingi sumber lain.
Halaman buku yang dikutip berbeda.
Penulisannya: nama pengarang, Op. Cit., nomor halaman
Jika satu pengarang ada beberapa buku rujukan yang dipakai, setelah nama harus diikuti judul bukunya.
Ditulis dengan huruf kapital pada awal suku kata, dicetak miring, dan setiap suku kata diakhiri tanda titik.
Perhatikan contoh berikut:
1Raihan Batubara, Pemimpin yang Demokratis, (Jakarta: Diona, 2005), 55.
2Bahar Nasution, Jiwa Nasionalis Sejati,  (Yogyakarta: Viro Bolio, 2004), 34.
3Batubara, Op. Cit., 57.
Dari contoh di atas dapat kita simpulkan:
Menggunakan Op. Cit. karena sebelumnya telah diselingi oleh catatan kaki lain, yaitu: 2Bahar Nasution, Jiwa Nasionalis Sejati,  (Yogyakarta: Viro Bolio, 2004), 34.
Penggunaan 3Batubara, Op. Cit., 57. berarti pengarang (Raihan Batubara) dan bukunya (Pemimpin yang Demokratis) sama, hanya saja halamannya berbeda dengan catatan kaki yang pertama. Halaman sebelumnya 55 dan yang dikutip terakhir halaman 57.

Aturan Penulisan Loc. Cit.
Loc. Cit. berasal dari kata Loco Citato (bahasa Latin) yang artinya "pada tempat yang telah dikutip". Gadung Ismanto2 menjelaskan:
Digunakan dengan teknis yang sama dengan Op. Cit. namun dengan ketentuan bahwa halaman yang dikutip tersebut sama dengan kutipan sebelumnya.
Aturannya adalah sebagai berikut:
Digunakan jika menunjuk sumber yang telah disebutkan sebelumnya, tetapi telah diselingi sumber lain.
Halaman buku yang dikutip sama.
Loc. Cit. tidak perlu memakai nomor halaman karena nomor halamannya sama dengan kutipan sebelumnya.
Penulisannya: nama pengarang, Loc. Cit.
Jika satu pengarang ada beberapa buku rujukan yang dipakai, setelah nama harus diikuti judul bukunya.
Ditulis dengan huruf kapital pada awal suku kata, dicetak miring, dan setiap suku kata diakhiri tanda titik.
Perhatikan contoh berikut:
1Raihan Batubara, Pemimpin yang Demokratis, (Jakarta: Diona, 2005), 55.
2Bahar Nasution, Jiwa Nasionalis Sejati,  (Yogyakarta: Viro Bolio, 2004), 34
3Batubara, Loc. Cit.
Dari contoh di atas dapat kita simpulkan:
Menggunakan Loc. Cit. karena sebelumnya telah diselingi oleh catatan kaki lain, yaitu: 2Bahar Nasution, Jiwa Nasionalis Sejati,  (Yogyakarta: Viro Bolio, 2004), 34.
Penggunaan 3Batubara, Loc. Cit. berarti pengarang (Raihan Batubara), buku (Pemimpin yang Demokratis), dan halamannya (halaman 55) sama.

Perlu diingat, bahwa ternyata terdapat perbedaan pendapat mengenai aturan catatan kaki ini. Jadi, akan lebih baik jika sebelumnya Anda mencari informasi terlebih dahulu, mengenai aturan baku penulisan footnote di institusi tempat Anda bernaung.


BAB II PEMBAHASAN
1.      SANAD HADITS
Yang dimaksud dengan sanad hadis, atau disebut juga isnad hadis, ialah penjelasan tentang jalan (rangkaian periwayat) yang menyampaikan kita kepada materi hadis.[1]
Sanad dari segi bahasa “martafa’a minal ardh”, yaitu bagian bumi yang menonjol, sesuatu yang berada dihadapan anda dan yang jauh dari kaki bukit ketika anda memandangnya dan diartikan juga sebagai sandaran. Bentuk jamaknya adalah “asnaad”. Segala sesuatu yang yang anda sandarkan kepada yang lain disebut “musnad” dikatakan “asnad filjaba”, maknanya ‘seseoramg yang mendaki gunung’. Falansanad, maknanya ‘seseorang menjadi tumpuan’.[2] Adapun tentang pengertian sanad menurut terminologi, para ahli hadits memberikan definisi yang beragam, diantaranya: “athoriiqoh almushilatu ilalmatni” artinya jalan yang menyampaikan kepada matan hadis.
Yakni rangkaian para perawi yang memindahkan matan dari sumber primernya. Jalur ini adakalanya disebut sanad, adakalanya karena periwayat bersandar kepadanyadalam menisbatkan matan kepada sumbernya, dan adakalanya karena hafidz bertumpu kepada ‘yang menyebutkan sanad’ dalam mengetahui shahih atau dhaif suatu hadis.[3]  Dengan demikian, sanad adalah rantai penutur atau perawi (periwayat) hadits. Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai orang yang mencatat hadis tersebut dalam bukunya (kitab hadis) hingga Rasululloh. Sanad memberikan gambaran keaslian suatu riwayat.[4] Sebuah hadis dapat memilik beberapa sanad dengan jumlah penutur atau perawi bervariasi dalam lapisan sanad-nya, lapisan dalam sanad disebut thaqabah. Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thaqabah sanad akan menetukan derajat hadis tersebut
A.    Isnad, Musnad, dan Musnid
Selain sanad terdapat juga istilah lainnya yang mempunyai kaitanya erat dengan istilah sanad, seperti, al-isnad, al-musnad, dan al-musnid. Istilah al-isnad berarti menyandarkan, menegaskan/ mengembalikan ke asal.
Istilah almusnad mempunyai beberapa arti pertama hadis yang diriwayatkan dan disandarkan kepada seseorang yang membawakannya. Kedua berarti nama suatu kitab yang menghimpun hadis-hadis dengan system penyusunan berdasarkan nama-nama para sahabat rawi hadis seperti kitab Musnad Ahmad. Ketiga berarti nama bagi hadis yang memenuhi kriteria marfu’ (disandarkan kepada nabi SAW). Orang yang menerangkan hadis dengan menyebut sanad-nya dinamakan musnid.
B.     Tinggi-Rendahnya Rangkaian Sanad
Sebagai mana yang diketahuai bahwa suatu hadis sampai kepada kita, tertulis dalam kitab hadis melalui sanad-sanad. Rangkaian sanad itu berdasarkan perbedaan tingkat dan keadilan rawi yang dijadikan sanad-nya, ada yang berderajat tinggi, sedang, dan lemah. Para muhaditsin membagi tingkatan sanad-nya menjadi tiga yaitu:
a.       Ashahhu Al-Asanid (Sanad-sanad yang lebih shahih)
Penilaian ashahhu al-asanid ini hendaklah secara muqayyad. Artinya dikhususkan kepada sahabat tertentu atau dikhususkan kepada penduduk daerah tertentu, contoh: ashahhu al-asanid yang muqayyad adalah:
Sahabat tertentu yaitu:
1)      Ibnu Umar r.a. yaitu yang diriwayatkan oleh malik dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar r.a.
2)      Abu Huraurah r.a, yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri dari Ibnu Al-Musayyab dari Abu Hurairah r.a.
Penduduk kota tertentu yaitu:
1)      Kota Mekah yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Uyainah dari Amru bin Dinar dari Jabir bin Abdullah r.a.
2)      Kota Madinah yaitu diriwayatkan oleh Isma’il bin Abi Hakim dari Abidah bin Abi Sofyan dari Abu Hurairah r.a.
b.      Ahsanu Al-Asanid
1)      Hadis yang bersanad lebih rendah tingkatanya daripada yang bersanad ashahhu al-asanid. Ahsanu al-asanid antara lain bila hadis tersebut bersanad
2)      Bahaz bin Hakim dari ayahnya (Hakim bin Mu’awiyah) dari kakeknya (Mu’awiyah bin Haidah)
3)      Amru bin Syu’aib dari ayahnya (syu’aib bin Muhammad) dari kakeknya (Muhammad bin Abdillah bin ‘Amr bin ‘Ash)
c.       Adh’afu Al-Asanid
Adalah rangkain sanad yang paling rendah derajatnya. Rangkaian sanad yang Adh’afu Al-Asanid atau auha al-asanid yaitu:
Yang muqayyad kepada sahabat:
1)      Abu Thalib (Ahli al-Bait) r.a. yaitu hadis yang diriwayatkan oleh ‘Amru bin Syamir Al-Ju’fi dari Jabir bin Yazid dari Harits Al-A’war dari ‘Ali bin Abi Thalib r.a.
2)      Abu Hurairah r.a. yaiitu hadis yang diriwayatkan oleh As-Syariyyu bin Isma’il dari Dawud bin Yazid dari ayahnya (yazid) dari Abu Hurairah r.a.
Yang muqqayad kepada penduduk:
1)      Kota Yaman yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Hafsh bin ‘Umar dari Al Hakam bin Aban dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas r.a.
2)      Kota Mesir  yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Muhammad bin Al-Hajjaj Ibnu Rusydi dari ayahnya dari kakeknya dari Qurrah bin Abdurrahman dari setiap orang yang memberikan hadis kepadanya.


C.    Jenis-Jenis Sanad Hadis
1.      Sanad ‘Aliy
Sanad ‘aliy adalah sebuah sanad yang jumlah rawinya sedikit jika dibandingkan dengan sanad yang lain. Sanad ‘aliy dibagi menjadi dua bagian yaitu:
Sanad ‘aliy yang bersifat mutlak adalah sanad yang jumlah rawinya hingga smpai kepada Rasulullah lebih sedikit jika dibandingkan dengan sanad yang lain.
Sanad ‘aliy yang bersifat nisbi adalah sebuah sanad yang jumlah rawinya di dalamnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan para imam ahli hadis.
2.      Sanad Nazil
Sanad nazil adalah sebuah sanad yang jumlah rawinya lebih banyak jika dibandingkan dengan sanad yang lain. Hadis dengan snad yang lebih banyak akan tertolak dengan sanad yang sama jika jumlah rawinya lebih sedikit.[5]
Dengan demikian sanad hadis mempunyai kedudukan yang sangat penting. Sebab utamanya sanad hadis mempunyai kedudukan sangat penting dapat dilihat dari dua sisi yakni:
i.                    Dilihat dari sisi kedudukan hadis dalam kesumberan agama islam
ii.                  Dan dilihat dari sisi sejarah hadis.
Dilihat dari sisi yang disebutkan pertama sanad hadis sangat penting karena hadis merupakan salah satu sumber ajaran islam. Sedang dilihat dari sisi kedua yang disebutkan sanad hadis sangat penting karena dalam sejarah (a) pada zaman nabi tidak seluruh hadis tertulis dan (b) sesudah zaman nabi telah berkembang pemalsuan-pemalsuan hadis.

2.      KEDUDUKAN SANAD HADIS
Kedudukan sanad dalam hadis sangat penting karena hadis yang diperoleh/ diriwayatkanakan mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Para ahli hadis sangat berhati-hati dalam menerima suatu hadis, kecuali apabila mengenal dari siapa perawi hadis tersebut dan sumber yang disebutkan benar-benar dapat dipercaya. Meminta seorang saksi kepada perawi bukanlah merupakan keharusan dan hanya merupakan jalan untuk menguatkan hati dalam menerima hadis. Adapun meminta seseorang saksi atau menyuruh perawi untuk bersumpah untuk membenarkan riwayatnya,tidak dipandang sebagai suatu undang-undang umum tentang diterima atau tidaknya periwayatan hadis.
Pada masa Abu Bakar r.a. dan Umar r.a. periwayatan hadis diawasi secara hati-hati dan tidak akan diterima jika tidak disaksikan kebenarannya oleh orang lain. Ali bin Abu Thalib tidak menerima hadis sebelum yang meriwayatkannya disumpah.
Kedudukan sanad dalam hadis sangat penting karena hadis yang diperoleh atau diriwayatkan akan mengikuti yang meriwayatkannya. Dengan sanad suatu periwayatan hadis, dapat diketahui mana yang dapat diterima atau ditolak dan mana hadis yang shahih atau tidak untuk diamalkan. Ibn Hazm mengatakan bahwa nukilan orang kepercayaandari orang yang dipercaya hingga sampai kepada Nabi SAW. Dengan adanya sanad para imam ahli hadis dapat membedakan hadis yang shahih dan hadis yang dhaif dengan cara melihat para perawi hadis tersebut.
ASBAB WURUD AL-HADIS
حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو عَنْ خَيْثَمَةَ عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ قَالَ ذَكَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ النَّارَ فَتَعَوَّذَ مِنْهَا وَأَشَاحَ بِوَجْهِهِ ثُمَّ ذَكَرَ النَّارَ فَتَعَوَّذَ مِنْهَا وَأَشَاحَ بِوَجْهِهِ قَالَ شُعْبَةُ أَمَّا مَرَّتَيْنِ فَلَا أَشُكُّ ثُمَّ قَالَ اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Walid telah menceritakan kepada kami Syu'bah dia berkata; telah mengabarkan kepadaku 'Amru dari Khaitsamah dari 'Adi bin Hatim dia berkata; "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan tentang neraka, lalu beliau meminta berlindungan darinya sambil mengusap wajahnya, kemudian beliau menyebutkan tentang neraka lagi lalu meminta berlindungan darinya sambil mengusap wajahnya." -Syu'bah berkata; saya tidak ragu beliau melakukannya hingga dua kali- kemudian beliau bersabda: "Takutlah kalian kepada neraka walau dengan secuil kurma, jika tidak mendapatkan, hendaknya dengan perkataan yang baik." (H.R Bukhari)
Skema Sanad Hadis Lengkap Tentang Mendahulukan Tangan
3.      KESAHIHAN SANAD HADIS
Ulama telah menciptakan berbagai kaidah dan ilmu (pengetahuan) hadis. Diantara kaidah yang telah diciptakan oleh ulama adalah kesahihan sanad hadis, yakni segala syarat atau kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu sanad hadis yang berkualitas sahih.[6] Dengan demikian, suatu sanad hadis yang tidak memenuhi kelima unsur adalah hadis yang kualitas sanad-nya tidah shahih berikut pembahasan keempat macam unsur dimaksud.
1.      Sanad Bersambung
Yang dimaksud dengan sanad bersambung ialah tiap-tiap periwayat dalam sanad hadis menerima riwayat hadis dari periwayat terdekat sebelumnya; keadaan itu berlangsung demikian sampai akhir sanad dari hadis itu.[7] Jadi, seluruh rangkaian periwayat dalam sanad, mulai dari periwayat yang disandari oleh al-mukharrij (penghimpun riwayat hadis dalam karya tulisnya) sampai kepada periwayat tingkat sahabat yang menerima hadis yang bersangkutan dari Nabi, bersambung dalam periwayatan.
Untuk mengetahui bersambung (dalam arti musnad) atau tidak bersambungnya suatu sanad, biasanya ulama hadis menempuh tata-kerja penelitian berikut:
Mencatat semua nama periwayat dalam sanadyang diteliti;
Mempelajari sejarah hidup masing-masing periwayat
Meneliti kata-kata yang menghubungkan antara para periwayat dengan periwayat yang terdekat dalam sanad.
Jadi, suatu sanad hadis barulah dapat dinyatakan bersambung apabila:
Seluruh periwayat dalam sanad itu benar-benar siqat[8] (adil dan dabit)
Antara masing-masing periwayat dengan periwayat yang terdekat sebelumnya dalam sanad itu benar telah terjadi hubungan periwayatan hadis secara sah.
2.      Periwayat Bersifat Adil
Kata adil (al-‘adl) memiliki lebih dari satu arti, baik dari segi bahasa maupun istilah.[9] Berbagai ulama telah membahas siapa orang yang dinyatakan bersifat adil. Dalam hal ini bayak ulama berbeda pendapat. Secara umum, ulama telah mengemukakan cara penetapan keadilan periwayatan hadis yakni berdasarkan:
Popularitas keutamaan periwayat dikalangan ulama hadis; periwayat yang terkenal keutamaan pribadinya, misalnya malikibn anas tidak lagi diragukan keadilannya.
 Penilaian dari kritikus periwayat hadis; penilaian ini berisi pengungkapan kelebihan dan kekurangan yang ada pada periwayat hadis.
Penerapan kaidah al-jarh wa al-ta’dil, cara ini ditempuh bila para kritikus periwayat hadis tidak sepakat tentang kualitas pribadi periwayat tertentu.[10]
Jadi, penetapan keadilan periwayat diperlukan kesaksian dari ulama dalam hal ini ulama ahli kritik periwayat.
3.      Periwayat Bersifat Dabit
Menurut Ibn Hajar al-‘asqalaniy dan al-Sakhawiy, yang dinyatakan sebagai orang dabit ialah orang yang kuat hafalannya tentang apa yang telah didengarnya dan mampu menyampaikan hafalannya itu kapan saja dia menghendakinya.[11] Sebagian ulama menyatakan orang yang dabit ialah orang yang mendengarkan riwayat sebagaimana seharusnya; dia memahaminya dengan pemahaman yang mendetail kemudian dia hafal secara sempurna dan dia memiliki kemampuan itu sedikitnya mulai dari saat mendengar riwayat itu sampai dia menyampaikan riwayat tersebut kepada orang lain.[12]
Karena bentuk kedabitan para periwayat yang dinyatakan bersifat dabit tidak sama, maka seharusnya istilah yang digunakan untuk menyifati mereka dibedakan juga. Perbedaan itu dapat berupa sebagai berikut:
a.       Istilah dabit diperuntukan bagi periwayat yang [1] hafal dengan sempurna hadis yang diterimanya; [2] mampu menyampaikan dengan baik hadis yang dihafalnya itu kepada orang lain.
b.      Istilah tamm al-dabt yang bila diindonesiakan dapat dipakai istilah dabit plus, diperuntukan bagi periwayat yang [1] hafal dengan sempurna hadis yang diterimanya; [2] mampu menyampaikan dengan baik hadis yang dihafalnya itu kepada orang lain; [3] paham dengan baik hadis yang dihafalnya.

4.      Terhindar dari Syuzuz ( ke-syaz-an)
Menurut al-syafi’iy suatu hadis yang dinyatakan mengandung syuzuz bila hadis yang diriwayatkan oleh seorang periwayat yang siqat tersebut bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh banyak periwayat[13] yang bersifat siqat. Hadis baru berkemungkinan mengandung suzuz bila hadis itu memiliki lebih dari satu sanad dan hadis itu ada yang mengandung pertentangan.
Menurut imam al-hakim al-naysaburiy hadis syaz[14] ialah hadis yang diriwayatkan oleng seorang periwayat yang siqat tetapi tidak ada periwayat siqat yang lainnyayang meriwayatkannya.[15] Barulah dinyatakan syuzuz bila hadis itu diriwayatkan oleh seorang periwayat saja dan periwayat yang sendiri itu bersifat siqat.
Menurut Abu Ya’la al-khaliliy, hadis syaz adalah hadis yang sanad-nya hanya satu macam, baik periwayatannya bersifat bersifat siqat maupun tidak bersifat siqat. Apabila tidak siqat maka hadis itu ditolak sebagai hujjah, sedang bila periwayatan siqat maka hadis itu dibiarkan (mutawaqqaf), tidak ditolak dan tidak diterima sebagai hujjah.[16]
Ibn al-salah dan al-Nawawiy telah memilih pengertian hadis syaz yang diberikan oleh al-syafi’iy. Karena penerapannya tidak sulit. Apabila mengikuti pendapat al=hakim dan al-khaliliy maka banyak hadis yang mayoritas ulama dianggap shahih menjadi tidak sahih.[17]
Ulama hadis zaman berikutnya terlihat sejalan dengan pendapat al-syafi’iy. Hal ini logis karena ulama hadis pada umumnya mengakui syuzuz dan ’illah hadis sangat sulit diteliti. Hanya mereka yang benar-benar mendalam pengetahuan ilmu hadisnya dan telah terbiasa meneliti kualitas hadisyang mampu menemukan syuzuz dan ’illah hadis. Sebab utama kesulitan syuzuz dan’illah hadis ialah keduanya terdapat dalam sanad yang tampak sahih. Para periwayat hadis itu bersifat siqat dan sanad-sanad-nya tampak bersambung.

BAB III PENUTUP
Cara Nabi menyampaikan hadis cukup beragam. Pada zaman nabi tidak semua hadis Nabi dicatat oleh sahabat Nabi. Periwayatan hadis berlangsung secara lisan. Cara periwayatan yang dilakukan oleh para sahabat Nabi dan para periwayat yang tidak berstatus sebagai sahabat Nabi cukup beragam. Dari berbagai cara ulama meneliti periwayatan hadis, ada yang dinyatakan sah oleh ulama hadis dan ada yang tidak dinyatakan tidak sah. Dalam periwayatan hadis sanad hadis memiliki kedudukan yang sangat penting. Karena hadis yang dapat dinyatakan hujah (hujjah) hanyalah hadis yang sanadnya sahih.

DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Munzier Suparta M.A.2010. Ilmu Hadis.Bandung:PT RAJAGRAFINDO PERSADA
ash-Shiddieqy, P. T. (2009). Sejarah & Pengantar ILMU HADITS. Semarang: PT PUSTAKA RIZKI PUTRA.
Dr. Sumbulah, M. (2008). Kritik Hadis. Malang: UIN Malang.
Drs.M. Solahudin.M.Ag, A. S. (2011). Ulumul Hadis. Jakarta: Pustaka Setia.
Ismail, D. S. (2005). KAIDAH KESAHIHAN SANAD HADIS. Jakarta: PT Bulan Bintang.




[1]  Lihat, al-khatib, Usul al-Hadis ‘Ulumuhu wa Musttalahuhu(Beirut: Dar al-Fikr, 1975 M), hlm. 32-33.
[2] Muhammad ‘ajaj Al-Kahthib. Ushul Al-Hadits. Terj. H.M. Qodirun Nur dan Ahmad Musyafiq. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2003. Hlm. 13.
[3]  Lihat Fath Bariy. Juz I. hlm. 66.
[4]  Agus Solahudin, Ulumul Hadis, h. 89-90
[5]  Al-Qaththan. Op.cit. hlm. 195-198
[6]  Menurut pandangan mayoritas ulama hadis, syarat kesahihan sanad hadis ada lima macam yakni: [1] sanadnya bersambung [2] periwayatannya adil [3] periwayatannya dabit [4] tidak terdapat kejanggalan (syuzuz) [5] tidak terdapat cacat (‘illat). Lebih lanjut, lihat ibn al-salah,op.cit., hlm10; nur al Din’itr, al-Madkhal, op. cit., hlm 15; al-nawawiy, al-taqrib li al-nawawiy fann usul al-hadis (kairo:abd al-rahman Muhammad, [tth]) hlm. 2.
[7]  Lihat, Muhammad al-Sabbag, al-Hadis al-Nabawiy([ttp]: Al-Maktab al-Islamiy, 1392 H = 1972 M), hlm. 162; Subhiy al-Saleih, ‘Ulum al-Hadis wa Mustalahuhu (Beirut: Dar al-Ilm li al-Malayin, 1977 M), hlm. 145
[8] Istilah siqat pada zaman itu lebih banyak diartikan sebagai kemampuan hafalan yang sempurna daripada diartikan sebagai gabungan dari istilah ‘adl dan ‘dabt yang dikenal luas pada zaman berikutnya.
[9]       Dalam kamus bahasa Indonesia, kata adil diartikan sebagai tidak berat sebelah (tidak memihak). Lebih lanjut lihat, w.j.s poerwardarminita, op.cit. hlm. 16. Kata adil berasal dari bahasa arab al-‘adl, mempunyai banyak arti salah satunya lurus (al-istiqomah). Orang yang bersifat adil disebut al-‘adil. kata jamaknya: al-‘udul. Lebih lanjut lihat, ibn manzur, op.cit. juz XII, hlm. 456-463; al-fayyumiy, op.cit., juz II, hlm. 470-471.
[10]     Lihat misalnya, al-nawawiy, op.cit., hlm 12;al-harawiy, op.cit., hlm. 55-56.
[11]     Lihat, al-‘asqalaniy, nuz-hat al-nazar, op.cit. hlm.13; al-sakhawiy, fat-h al-Mugis, op.cit. juz I, hlm. 18.
[12]  Lihat misalnya:subhiy al-salih,op.cit.hlm. 128.
[13]  Pernyataan al syafi’iy tersebut antara lain diriwayatkan oleh al-hakim dan ibn al-salah.lihat al-hakim ,op.cit. hlm. 119;ibn al-salah, op.cit. hlm 48.
[14]   Menurut bahasa kata syaz dapat berarti yang jarang, yang menyendiri, yang asing, dan yang menyalahi orang banyak. Lebih lanjut lihat ibn manzur op.cit. juz V. hlm. 28-29. Al-fayyumiy op.cit. juz I. hlm. 363.; luwis ma’luf, op.cit. hlm. 379.
[15]  Lihat al-hakim, loc.cit; ibn salahop.cit. hlm. 48.
[16]  Lihat ibid. (al-nawawiy, hlm 9; ibn katsir hlm 34); ibn al-salah, p.cit., hlm.69
[17]  Lihat ibid. (al-nawawiy; ibn al-salah, p.cit., hlm.69-71); lihat juga al-iraqiy,op.cit., hlm 100-105.

SANAD HADITS

A’udhu billah mina ’sh-shaytani ‘r-rajim. Bismillahi ‘r-Rahmani ‘r-Rahim Nawaytu ‘l-arba’in, nawaytu’l-’itikaaf, nawaytu’l-kalwah, nawaytu’l-riyaada, nawaytu’s-suluk, nawaytu’l-’uzlah, nawytu as-siyam lillahi ta’ala fi hadza’l-masjid.
Athi’ullah wa ati ‘ur-Rasula wa uli’l-amri minkum.
Ta’ati Allah, ta’ati Rasul (saw) dan mereka yang diberikan wewenang atas diri kalian.
Taatlah kepada Allah, karena ketatan adalah penghambaan, ubudiah yang paling tinggi dari seorang hamba kepada Tuhannya. Mentaati Allah adalah dengan cara mengikuti segala perintahNya dan tidak mengerjakan segala laranganNya.
Artinya adalah ikuti perintahNya dan taati segala hukumNya. Hari ini begitu banyak masalah diberbagai negara Islam. Mereka meminta Undang-Undang yang baru, dan mengganti konstitusi yang lama. Dan Allah swt mengatakan, “Wahai manusia, konstitusiKu untuk kalian adalah apa yang telah Kuturunkan dari surgaKu, dan itu adalah Al-Quran yang Suci”.
Ketika kalian memuji dan bersalawat kepada Nabi (saw) setiap hari , maka kalian akan memiliki banyak rahasia untuk meningkatkan Rezeki kalian. Mereka bertanyaberapa banyak salawaat yang harus kami lakukan. Anda tidak perlu menanyakan pertanyaan ini selama lidah kalian dibasahi oleh salawat, maka ketika kalianmemuji Nabi (saw), maka rahasia-rahasia ini akan keluar semakin banyak dan semakin terang.
Ketika kalian membaca salawat pada Nabi (saw) maka kalian harus membersihkan diri. Jika kalian ingin salawat itu menjadi tingkatan salawat yang tertinggi, maka berwudhulah terlebih dahulu dan kemudian baru membaca salawat. Ketika Wudhu kalian batal maka segera mengambil wudhu kembali. Itulah sebabnya Para Syaikh dari berbagai tariqa dan Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani qs mengatakan bahwa dalam fikih, menurut hadits Nabi (saw), Setiap Mu’min harus menjaga wudhunya selama 24 jam. Bagaimana kita dapat menjaga wudhu selama 24 jam? Yaitu jaga wudhu kita selama kita terjaga dan sebelum kalian tidur buatlah wudhu yang baru dan kemudian tidur. Maka hal itu akan dianggap sebagai menjaga wudhu selama 24 jam. Dan kalian harus berusaha untuk senantiasa menjaga wudhu dan dalam keadaaan suci.
Meskipun demikian jika kalian tidak memiliki wudhu kemudian kalian ingin bersalawat, kalian tetap dapat membaca salawat, tidak ada masalah. Bahkan bagi wanita selama periode haid mereka, mereka tetap dapat membaca salawat didalam hati, mereka bahkan tetap dapat membaca surat Al-Qur’an didalam hati, bagi mereka yang telah hapal.
Ajari anak-anak kalian untuk melakukan salawat pada Nabi (saw) setiap hari. Kalau tidak, maka mereka akan kehilangan jalan. Salawat akan membersihkan dirimu dan membuat kalian bahagia dalam kehidupan ini dan tidak akan membuat mereka terjatuh dalam penderitaan. Zaman ini terlalu banyak energi buruk di sekitar kita dan di sekitar semua orang. Jadi untuk mengubahnya agar menjadi energi positif caranya adalah dengan bersalawat kepada Nabi (saw). Dan para Sahabat mengatakan hanya dengan menjaga salawat dan Memuji Nabi Muhammad saw maka akan terbit Kebahagiaan didalam hati.
Pilihlah salah satu salawat yang kalian sukai. Namun Mawlana Syaikh Nazim Adil Haqqani qs merekomendasikan kepada mereka yang datang kepadanya untuk membaca Salawat Tunjina : Allaahumma shalli ‘alaa Muhammadin, shalaatan tunjiina bihaa min jamii’il ahwaali wal aafaat, wataqdhi lanaa bihaa jamii ’al haajat, wa tuthahhirunaa bihaa min jamii-is-sayyi-at, wa tarfa’una bihaa ‘indaka a’lad darajaat, wa tuballighunaa bihaa aqshal ghaayat, min jami’il khayrati fil hayaati wa ba’dal mamaat.
Dan kalian juga bisa membaca Hizb Al-Bahr, Hizb Al-Kabir, Hizb as-Shaghir, dan begitu banyak salawat yang indah dan mereka yang mengetahui bahasa arab akan melihat betapa indahnya cara mereka menulis berbagai salawat ini. Itulah mengapa Awliyaullah mengatakan itu bukan milik mereka, bukan karangan dan tulisan mereka, tetapi mereka melihat Nabi (saw) datang kepada mereka dan mendiktekan semua salawat ini. Tidak mungkin bagi kami untuk dapat menulis dengan keagungan yang demikian indah. Jadi salawat ini adalah tiket kita untuk meninggalkan dunya ini, dan ketika kita meninggal dunya, maka ini adalah tiket kita untuk memasuki surga, Insya-Allah.
Jika kalian ingin yang terbaik untuk dirimu dan keluargamu maka perbanyaklah salawat kepada Nabi (saw), dan salawat adalah solusi untuk semua permasalahan. Orang-orang datang dengan semua masalah mereka, dan mereka berbicara kepada seseorang menceritakan berbagai masalahnya bahkan hingga satu jam. Untuk apa? Ucapkan salawat atas Nabi (saw), bahkan bila hanya selama 10 menit saja maka kalian dapat menyelesaikan seluruh masalahmu. Mereka tidak lelah menceritakan masalah ini dan itu, dan masalah sebagian besar manusia sangat mirip satu sama lain.
Dan para Sahabat Nabi (saw) telah mengatakan kepada kalian dan Nabi (saw) menyebutkan dalam berbagai hadis dan Allah mengatakan dalam Al Qur’an yang suci, dan semua mengatakan bersalawat pada Nabi (saw), maka salawat ini akan mengambil dan menyelesaikan semua masalah kalian. Mengapa kalian membuang-buang waktumu dengan bercerita kesana kemari?
Perbanyaklah bersalawat dan hubungkan hatimu dengan Nabi Muhammad (saw). Jika kalian dapat terhubung dengan Rawdah atau terhubung dengan Ka’bah, maka berdoalah, “Ya Sayyidi, Ya RasulAllah, Ya Rahmatan lil`alamin, engkau adalah rahmat kasih sayang bagi semesta alam ini “. Maka doa itu akan membawamu ke hadirat Nabi (saw). Jadi jika kalian ingin berada di tingkat yang lebih tinggi, maka kalian harus lakukan dengan cara seperti itu. Mustahidarin li anwar an-Nabi (saw). Hadir di hadapan Nabi (saw).
Dan Grandsyaikh Abdullah Faiz ad-Daghestani qs berkata, “Aku akan memberikan salawat yang sederhana, cara yang paling sederhana, sebagaimana Nabi (saw) adalah manusia yang sangat sederhana dan rendah hati. Dan ada begitu banyak salawat yang kalian dapat membacanya, Hizb Al-Bahr, Hizb Al-Kabir dan Dalail khairat, tetapi dalam Naqsybandi awrad salawat itu sangat sederhana yaitu “Allahuma Shalli` ala Muhammadin wa alaa, aali Muhammadin wa sallim”. Tetapi berusahalah untuk fokus dengan tingkat kehadiran hati yang lebih tinggi, rasakan seperti jika kalian memandang Nabi (saw) didepanmu. Jika Anda tidak dapat melihatnya, maka kalian bisa merasakannya.
Jangan melakukan salawat sambil mengerjakan berbagai kesibukan lainnya, sambil menggunakan ponsel, melihat TV, internet dan melihat kanan dan kiri. Lakukanlah salawat dengan rasa cinta yang sejati. Meskipun demikian ketika kalian harus mengemudikan mobil dan kemudian ingatan kalian untuk menjaga salawat, hal ini diperbolehkan, dan jagalah lidah kalian untuk sibuk dengan salawat. Jika kalian dapat memfokuskan hatimu bersalawat bahkan bila hanya selama 5 atau 10 menit salawat, itu lebih baik. Dan itu merupakan penyebab terbesar untuk mencapai segala kebaikan dan segala sesuatu yang baik.
Wahai Nabi (saw) kami memohon kepadamu agar dapat datang dan melihatmu. Kami memohon dan datang kepadamu melalui pintu Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq (ra), melalui pintu Sayyidina Umar (ra) melalui Sayyidina Utsman (ra), melalui Sayyidina Ali (ra), biarkan kami datang mengunjungimu. Kami memohon agar dapat bertemu denganmu melalui para guru-guru kami, para suyukh untuk datang kepadamu. Apakah menurut kalian Nabi saw tidak akan membuka pintunya? Nabi (SAW) selalu membuka pintunya, tetapi kita belum mampu melihatnya, belum siap menerima dan menjaga amanahnya.
Seperti yang telah kami katakan dalam kutbah Jumat yang lalu, ketika seorang murid bertanya kepada Syaikh untuk mengijinkan dia untuk dapat melihat Anwarullah, Kebesaran Nabi Muhamad (saw), dan kemudian dia dapat melihatnya. Tetapi karena murid itu tidak bisa menjaga amanah itu, untuk menyimpan hanya pada dirinya sendiri, dan kemudian dia menceritakan kepada kepada teman-temannya, sehingga mereka menuduhnya kafir dan sesat sehingga mereka membunuhnya, ini seperti apa yang terjadi kepada Syaikh Muhyidin ibn ‘Arabi qs, mereka membunuhnya.
Nabi (saw) dan para Syaikh mengetahui bahwa kita belum dewasa. Kita belum bisa menjaganya. Maka mereka menjaganya untuk kita, mereka mengumpulkan salawat itu semakin banyak dan ketika kalian meninggal dunia, kemudian Nabi Muhammad (saw) akan datang dan memberikan kepadamu.
Perbanyaklah bersalawat kepada Nabi saw, dan ada begitu banyak jenis salawat yang memungkinkan seseorang untuk dapat melihat Nabi (saw) baik didunia maupun di kuburan mereka. Ketika Malaikat Munkar dan Nakir mengajukan pertanyaan kepadamu maka kalian akan dapat melihat Nabi (saw) tampil untuk membelamu, dan Nabi (saw) akan datang di sana bersama salawat kalian.
Nabi Muhammad (saw) akan ditampakkan kepadamu baik di dunia ini ketika kalian masih hidup atau di alam kubur atau di hari mahsyar. Dan kita memohon kepada beliau (saw), “Ya Sayyidi, Ya Rasulallah, berikanlah kami agar dapat melihat keindahan wajahmu di dunya ini, bukan hanya dalam mimpi, tetapi dalam visi spiritual yang nyata. Dan bagimu, tidaklah terlalu sulit bagimu Yaa Nabi (saw) untuk mengabulkan doa kami ini”.
Jika Rasuluallah (saw) menerima doa kita, maka kita akan bisa melihat Nabi saw. Itulah sebabnya Nabi (saw) berkata, “man ziara qabri wajabat lahu syafa`ati”. “Barangsiapa mengunjungi, menziarahi kuburanku, maka menjadi kewajiban bagiku untuk memberinya syafa’at ku”. Jadi mereka yang mengunjungi Nabi Muhammad (saw) di Madinatul-Munawwarrah, artinya mereka telah memasuki surga karena raudah adalah gerbang surga.
Dengan senantiasa bersalawat maka kalian akan dapat mengendalikan ego buruk kalian. Melalui salawat dan dzikrullah, kalian dapat membunuh nafsu amarah dan kemudian hati dan ruh kalian menjadi tenang dan damai, kedamaian masuk kedalam hatimu, inilah yang disebut nafs al-Mutmainna. Kemudian kedamaian itu mengisi hati kalian dengan perilaku yang sempurna, nafs al-Kamila, Ada 7 tingkatan dalam jiwa kita, yang akan membuka untuk Anda semua 7 tingkat bagi ruh mu, untuk mengangkat jiwamu dihadirat ilahi. Ini adalah semacam lata’if, dimana ada berbagai tingkatan yang berbeda.
Tujuh Tingkatan Lathaif adalah berbeda dengan tingkat Ilmu Pengetahuan Islam, seperti pengetahuan tentang Qur’an dan Hadis. Pengetahuan ini akan terbuka untuk kalian dan kalian dapat menaklukkan empat musuh dirimu dengan bersalawat. Karena kalian memiliki 4 musuh: Nafsu, Cinta Dunia, Hawwa dan Setan. Nafs adalah ego kalian, Dunya adalah cinta dunia, Hawwa adalah Keinginan Buruk dan setan. Empat musuhmu. Dan yang dapat menghilangkan musuh-musuh ini dari dirimu adalah dengan bersalawat kepada Nabi (saw), karena kalian datang memohon bantuan Nabi saw.
Jika kalian mengalami masalah dengan Rezeki kalian, maka bersalawatlah. Maka salawat ini akan membuka pintu rezeki kalian. Dan salawat itu juga akan memberikan rezeki bagi ruh kalian, dan rezeki bagi ruh adalah pengetahuan ilahiah. Salawat ini akan membuka jalan bagi ma`rifah, ilmu mengenail Allah. Jika kalian ingin mengetahui marifatullah, maka datanglah melalui Nabi Muhammad (saw). Rasulullah saw adalah kota ilmu dan Sayyidina ‘Ali (ra) adalah pintunya. Jadi datanglah ke kota marifah.
Ketika kalian datang mengetuk pintu rumah seseorang dan seseorang yang berada didalam rumah tidak menyukaimu, karena kalian datang tanpa hadiah di tanganmu. Mereka mengatakan, lihatlah orang yang tidak memilki adab, mereka datang, mengambil manfaat tetapi datang tanpa membawa hadiah. Ketika kalian berkunjung kerumah seseorang, bawalah hadiah, bisa berupa kurma atau buku, atau Al Qur’an, minyak wangi dll ini hanyalah sebuah contoh. Jadi Anda tidak dapat datang dan mendekat kepada Nabi (saw) tanpa hadiah.
Itulah sebabnya Allah mengatakan dalam Al Qur’an: “Ambil uang mereka sebahgai zakat, sedekah, untuk memurnikan ibadah dan amal mereka dan membersihkan harta dunya yang kotor, kemudian baru mereka dapat berdoa, salat dan kemudian mereka dipakaikan dengan pakaian salawat yang kau berikan sebagai hadiah kepada Nabi Muhammad saw, dan Nabi saw memberi mereka kedamaian dalam hati mereka. Karena Hadiah untuk Nabi (saw) adalah salawat Anda.
Wa min Allah at Tawfiq

- Copyright © Hendy Prabowo - Devil Survivor 2 - Powered by Blogger - Designed by Hendy Prabowo -