- Home >
- Pemikiran Tokoh >
- R.A KARTINI
Sabtu, 03 Februari 2018
R.
A Kartini
1. Biografi
Raden
Ajeng Kartini lahir di Jepara, 21 Apil 1879. Beliau adalah seorang tokoh
pahlawan nasional Indonesia dari suku Jawa. Raden Ajeng Kartini berasal dari
bangsa priyayi. Kartini bersekolah di ELS (Europese Lagere School) sampai usia
12 tahun. Di sisi lain Kartini belajar Bahasa Belanda. Ia juga banyak membaca
surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga
menerima leestrommel paket majalah yang diedarkan took buku kepada langganan.
Diantaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahaun yang cukup berat.
Kartini banyak membuat tulisan dan mengutip kalimat. Perhatiannya tersorot pada
emansipasi wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi, dan persamaan hukum
sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.
Kontribusi
dan Implikasi dalam Dunia Pendidikan
Peran
R.A Kartini dalam memajukan pendidikan di Indonesia merupakan salah satu contoh
kontribusi wanita dalam sejarah. Kartini mendobrak kondisi yang memprihatinkan
tersebut dengan membangun sekolah khusus wanita. Selain itu beliau juga
mendirikan perpustakaan bagi anak-anak. Kartini dalam memajukan pendidikan
Indonesia tertuang dalam karya nya “Door Duisternis Tot Licht”, yang diartikan
sebagai ‘habis gelap terbitlah terang.
Kartini
telah membawa banyak perubahan dan kemajuan dalam pendidikan Indonesia. Kartini
mengajarkan bahwa seorang wanita harus mempunyai pemikiran jauh ke depan. Di
mata Kartini pendidikan adalah hal penting. Pendidikan akan mampu mengangkat
derajat dan martabat bangsa. Kartini konsisten mengemukakan pentingnya
pendidikan yang mengasah budi pekerti, atau yang kita kenal sebagai pendidikan
karakter pada masa sekarang.
Kartini
mengatakan bahwa pendidikan itu janganlah hanya akal saja yang dipertajam, tetapi
budi pekerti pun harus dipertinggi. Sekolah diperlukan dalam memajukan
pendidikan. Pendidikan di sekolah juga harus dibarengi dengan pendidikan di
keluarga. Untuk para guru di sekolah, kartini berharap guru tidak hanya
mengajar semata, tetapi juga harus menjadi pendidik. Dalam notanya berjudul
‘Berilah Orang Jawa Pendidikan’ Kartini dengan tegas mengatakan “guru-guru
memiliki tugas rangkap: menjadi guru dan pendidik! Mereka harus melaksanakan
pendidikan rangkap itu, yaitu pendidikan pikiran dan budi pekerti”
Bagi
Kartini mendidik perempuan merupakan kunci peradaban, karena perempuan yang
akan mendidik anak-anak (generasi muda). Beliau juga memiliki pemikiran tentang
kebijakan pendidikan, dimana pemerintah berkewajiban meningkatkan kesadaran
budi perempuan, mendidik perempuan, memberi pelajaran perempuan, dan menjadikan
perempuan sebagai ibu dan pendidik yang cakap dan cerdas. Namun Kartini juga
tidak lantas membatasi pendidikan yang normatif, beliau memberi kebebasan
kepada siswa untuk berpikir dan mengutarakan pendapat. Bahan bacaan menjadi
gagasan kartini juga, karena bahan bacaan atau yang sekarang ini kita artikan
sebagai sumber belajar merupakan alat pendidikan yang diharapkan banyak
mendatangkan kebajikan. Anak-anak hendaknya diberi bahan bacaan yang
mengasyikkan, bukan karangan kering yang semata-mata ilmiah.